Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bebas Kendaraan Bermotor 22 September 2023
wahyumedia

Joko Dolog Cerita Rakyat Jawa Timur

DaerahKita 30/03/2023

Pada suatu ketika dikisahkan di Madura, terdapat seorang pangeran bernama Situbondo yang merupakan putra Adipati Cakraningrat. Pangeran Situbondo dengan dua pengawalnya, Gajah Seta dan Gajah Menggala, berlayar ke Kadipaten Surabaya. Setibanya di sana, ia disambut dengan baik oleh Adipati Jayengrana.

“Ada apa gerangan Pangeran Situbondo datang ke kadipaten? Kiranya ada hal yang penting yang hendak dilakukan,” tanya Adipati Jayengrana.

“Iya paman. Saya datang ke kadipaten ini hendak menyampaikan maksud hati saya,” jawab Pangeran Situbondo.

“Maksud hati apa yang hendak disampaikan padaku, Pangeran?” tanya Adipati Jayengrana semakin penasaran.

“Aku hendak melamar Adinda Purbawati untuk menjadi istri saya, Paman,” jawab Pangeran Situbondo.

Mendengar maksud hati Pangeran Situbondo, Adipati Jayengrana tidak dapat menjawab. “Maaf Pangeran, aku tidak dapat menjawabnya. Aku harus menanyakan hal ini terlebih dahulu pada putriku, Dewi Purbawati.”

Setelah itu, Adipati Jayengrana memanggil putrinya. la pun menceritakan maksud hati Pangeran Situbondo. Mendengar hal itu, Dewi Purbawati terdiam sejenak. Sebenarnya, ia tidak menyukai pangeran dari Madura itu. Tapi, Dewi Purbawati tidak sampai hati mengatakan hal itu, karena ayah Pangeran Situbondo dengan ayahnya bersahabat baik. Oleh karena itu, Dewi Purbawati menolaknya dengan halus.

“Baiklah Ayahanda. Aku bersedia menjadi istrinya. Tapi, dengan satu syarat. Kakanda Pangeran Situbondo harus bisa membuka hutan di Kadipaten Surabaya ini agar bisa menjadi perkampungan untuk keturunan kami nanti,” ujar Dewi Purbawati.

Mendengar jawaban Dewi Purbawati, Pangeran Situbondo sangat senang. “Tentu saja aku akan mewujudkan keinginanmu, Dinda,” ucap Pangeran Situbondo. Meskipun syarat itu tidaklah ringan, Pangeran Situbondo tetap menyanggupinya. Kemudian, ia menyuruh dua pengawalnya, Gajah Seta dan Gajah Menggala untuk kembali ke Madura dan mengabarkan berita gembira itu kepada ayahandanya.

Demi mewujudkan keinginan kekasih hatinya, Pangeran Situbondo segera menuju hutan kadipaten untuk membabat pohon-pohon di hutan. Ketika itu pula, kediaman Adipati Jayengrana kedatangan seorang tamu. Dia adalah Pangeran Jaka Taruna dari Kadipaten Kediri. Sejak kecil, Pangeran Jaka Taruna sering bermain ke kediaman Adipati Jayengrana sehingga ia sangat akrab dengan Dewi Purbawati. Setelah mereka tumbuh dewasa, muncul perasaan cinta di antara keduanya.

Pangeran Jaka Taruna mencari Dewi Purbawati di taman keputren. Di sana, ia melihat pujaan hatinya sedang duduk sambil termenung. Melihat kedatangan Jaka Taruna, Dewi Purbawati pun menangis sambil memeluk kekasihnya itu. “Ada apakah gerangan yang membuatmu sedih, Dinda?” tanya Pangeran Jaka Taruna.

“Ini semua salahmu, Kanda. Kenapa kau tidak kunjung melamarku? Baru saja Pangeran Situbondo datang melamar,” jawab Dewi Purbawati.

“Apa! Pangeran Situbondo datang melamarmu. Lalu, apakah Dinda menerimanya?” tanya Pangeran Jaka Taruna cemas.

“Tentu saja tidak, Kanda. Untuk menolaknya, aku mengajukan satu syarat. Dia harus mampu membabat hutan kadipaten yang terkenal sangat angker itu,” jawab Dewi Purbawati.

“Kau mengajukan sayarat itu? Dinda, kau belum mengenal siapa Pangeran Situbonda itu. Dia adalah orang yang sakti. Jadi, syarat itu bukanlah hal yang sulit baginya.”

“Benarkah. Kalau begitu, Kanda harus ikut serta membabat hutan kadipaten karena hal itu sudah terlanjur disayembarakan. Siapa yang dapat membabat hutan kadipaten, dialah yang akan menjadi suamiku.”

Kemudian, Pangeran Jaka Taruna menghadap Adipati Jayengrana. Ia menceritakan bahwa di antara Dewi Purbawati dan dirinya saling jatuh cinta. Mendengar hal itu, Adipati Jayengrana tidak dapat berbuat apa-apa. Ia terlanjur membuat sayembara untuk putrinya.

Pangeran Jaka Taruna pun bergegas ke hutan kadipaten untuk membabat hutan. Tidak jauh dari tempat Pangeran Jaka Taruna membabat pohon, dilihatnya Pangeran Situbondo sedang sibuk melakukan hal yang sama dengannya. Pangeran Situbondo kemudian menghampiri Pangeran Jaka Taruna. “Hei, apa yang kau lakukan di sini, Pangeran Jaka Taruna?” tanya Pangeran Situbondo.

“Aku mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dinda Dewi Purbawati, Pangeran Situbondo,” jawab Pangeran Jaka Taruna.

Mendengar hal itu, Pangeran Situbondo sangat marah. Keduanya bertarung demi mendapatkan kekasih hati. Namun, pertarungan itu tampak tidak seimbang. Pangeran Situbondo berhasil memukul Pangeran Jaka Taruna hingga terlempar sangat jauh dan menyangkut di sebuah dahan pohon yang sangat tinggi. Pangeran Jaka Taruna berteriak-teriak meminta tolong. Namun, Pangeran Situbondo berlalu begitu saja dari hutan itu.

Pangeran Jaka Taruna terus berteriak meminta tolong. Ketika itu, lewat seorang pemuda bernama Jaka Jumput yang pekerjaannya setiap hari mencari dedaunan untuk bahan obat-obatan. “Hei..., tolong aku...!” teriak Pangeran Jaka Taruna dari atas pohon.

Mendengar suara minta tolong, pemuda itu mencari sumber suara. Ia melihat seorang pangeran tersangkut di dahan pohon yang tinggi. Dengan kesaktiannya, ia menurunkan Pangeran Jaka Taruna dari atas pohon.

“Maaf Tuan, mengapa sampai bisa berada diatas pohon itu?” tanya Jaka Jumput.

Pangeran Jaka Taruna menceritakan kejadian ang menimpanya itu. Setelah itu, Jaka Jumput bertanya, “Seandainya aku bisa mengalahkan Pangeran Situbondo, apa imbalannya untukku?”

“Aku akan memenuhi segala yang kau minta, Jaka Jumput,” jawab Pangeran Jaka Taruna.

Setelah itu, Jaka Jumput segera mencari Pangeran Situbondo. Setelah bertemu, Jaka Jumput segera menantang Pangeran Situbondo. Betapa marahnya Pangeran Situbondo mendengar tantangan itu. Mereka pun bertarung. Keduanya sama-sama sakti. Pada akhirnya, Jaka Jumput berhasil mengalahkan Pangeran Situbondo. Konon akhirnya, Pangeran Situbondo tinggal di sebuah tempat yang sekarang bernama Situbondo.

Pangeran Jaka Taruna sejak awal mengawasi pertarungan antara Jaka Jumput dengan Pangeran Situbondo. Setelah pertarungan itu selesai, Pangeran Jaka Taruna bergegas menuju ke Kadipaten Surabaya. Melihat Pangeran Jaka Taruna segera pergi, Jaka Jumput curiga. Ia pun mengikutinya dari belakang.

Setibanya di kadipaten, Pangeran Jaka Taruna langsung menghadap Adipati Jayengrana. la melaporkan bahwa Pangeran Situbondo telah dikalahkannya dan hutan Kadipaten Surabaya telah terbuka semua.

“Benarkah kau telah mengalahkan Pangeran Situbondo, Pangeran Jaka Taruna?” tanya Adipati Jayengrana.

“Benar Paman, aku telah mengalahkannya dan memenangkan sayembara itu,” jawab Pangeran Jaka Taruna.

Tiba-tiba, terdengar suara Jaka Jumput menyanggah keterangan Pangeran Jaka Taruna.

“Bohong. Dia bohong Kanjeng Adipati. Akulah yang mengalahkan Pangeran Situbondo.”

“Jangan percaya perkataannya, Paman. Dia menginginkan hadiahnya saja,” sanggah Pangeran Jaka Taruna.

“Aku tidak berbohong, Kanjeng Adipati. Justru dia yang berbohong. Aku membawa bukti keris pusaka milik Pangeran Situbondo sewaktu aku mengalahkannya,” ucap Jaka Jumput.

Adipati Jayengrana segera mengambil keris itu dan memeriksanya. Ia pun mengangguk-angguk membenarkan perkataan Jaka Jumput. Adipati Jayengrana pun menanyakan bukti apa yang dimiliki Pangeran Jaka Taruna untuk membenarkan perkataannya.

“Maaf Paman, aku tidak punya bukti apa-apa. Tapi, akulah yang benar-benar telah mengalahkan Pangeran Situbondo,” ucap Pangeran Jaka Taruna.

Akhirnya, untuk memutuskan hal itu, Adipati Jayengrana meminta kepada Pangeran Jaka Taruna dan Jaka Jumput untuk bertarung. Siapa yang menang, dialah yang akan memperistri Dewi Purbawati. Pangeran Jaka Taruna dan Jaka Jumput pun bertarung.

Hasilnya, Jaka Jumput berhasil mengalahkan Pangeran Jaka Taruna dengan cambuk Gembolo Geni. Pangeran Jaka Taruna tergeletak tidak berdaya di tanah. Setelah itu, Adipati Jayengrana berkata dengan marah kepada Pangeran Jaka Taruna, “Apakah kau berusaha menipuku, Pangeran Jaka Taruna?”

Mendengar pertanyaan Adipati Jayengrana, Pangeran Jaka Taruna hanya terdiam. Ia malu mengakui perbuatannya yang telah berbohong kepada Adipati. Mengetahui perbuatan Pangeran Jaka Taruna, Adipati sangat jengkel. Adipati Jayengrana kemudian berkata kepada Pangeran Jaka Taruna, “Mengapa kau diam saja seperti patung?”

Tiba-tiba saja Pangeran Jaka Taruna berubah menjadi patung. Sampai sekarang, patung Pangeran Jaka Taruna masih dapat kita lihat di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Patung itu kini bernama Joko Dolog. Patung ini untuk memperingati Prabu Kertanegara dari Singasari.

Pesan Moral:

Janganlah berlaku curang. Sebab, sebuah kecurangan tidak akan mendapatkan hasil yang baik ataupun menguntungkan. Dan berusahalah mencapai sesuatu dengan usaha sendiri.

Tags cerita kisah rakyat legenda sastra edukasi budaya tradisi dongeng anak siswa literasi fiksi murid
Referensi:
  1. Buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara
    Oleh: Sumbi Sambangsari
    Penerbit: Wahyumedia




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar