Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Penerjemah Internasional 30 September 2023
jalantikus

Kucing Emas, Spesies Kucing Liar di Hutan Sumatera

DaerahKita 27/12/2022

Salah satu spesies kucing liar yang ada di Indonesia adalah kucing emas. Jenis kucing ini tersebar dari Tibet, Nepal, China, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Khusus di Indonesia, kucing emas hanya ditemukan di Sumatera, terutama di wilayah Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Bengkulu, Lampung) dan Taman Nasional Way Kambas (Lampung).

Mereka biasanya hidup di ketinggian 1.100 hingga 3.738 meter di atas permukaan laut (mdpl), menempati padang rumput dan kebun. Meski banyak menghabiskan waktu di tanah (terestrial), kucing emas dikenal sebagai pemanjat yang ulung. Sistem kawin mereka masih misterius karena sangat sulit diamati. Kucing emas juga dikenal sebagai hewan pemalu, apalagi bertemu dengan manusia. Mereka yang ada di penangkaran atau kebun binatang banyak yang dilaporkan mati.

Kucing emas bernama latin Catopuma temminckii ini adalah hewan langka yang dijuluki The Asiatic Golden Cat (Kucing Emas Asia). Nama latin hewan ini diambil pertama kali pada 1827 dari Coenraad Jacob Temminck, seorang zoologis Belanda.

Kendati disebut kucing emas, warna bulu mereka cukup bervariatif, termasuk emas kecoklatan, coklat, hitam, merah rubah, dan abu-abu. Kucing emas Asia punya ciri khas dengan warna garis putih dan hitam memanjang dari mata hingga lehernya. Bawah perut, kaki bagian dalam, dan bawah ekor berwarna putih. Telinganya dengan ujung membulat.

Seekor kucing emas betina bisa mengandung anaknya selama 90 hari dengan proses perkawinan selama 70 hari. Betina bisa melahirkan satu hingga tiga anak, di mana setiap anak punya berat 250 gram saat pertama dilahirkan. Di alam liar, betina akan melahirkan di sebuah lubang pohon. Selama enam bulan, makanan utama anak kucing adalah air susu sang induk. Setelah 12 bulan hidup di bawah pengawasan induk, anak-anak kucing akan hidup mandiri dengan berburu makanan sendiri.

Kucing emas ini bisa tumbuh dengan panjang 116 hingga 161 sentimeter. Ukuran tubuh betina lebih kecil ketimbang jantan. Ekornya setengah atau sepertiga dari panjang tubuhnya. Pada usia dewasa, kucing emas ini bisa tumbuh hingga seberat 9-16 kg. Bobot badan ini, membuat ia lebih besar dua sampai tiga kali lipat ketimbang jenis kucing rumahan.

Hidung kucing emas berwarna cokelat dan bagian dahinya ada dua garis cokelat membujur ke belakang. Sementara, bagian tepi antara mata dan hidung berwarna putih kekuningan. Ciri khas paling menonjol adalah garis tebal berwarna putih pada masing-masing pipi. Tanda inilah yang membedakan kucing emas dengan jenis kucing lainnya. Uniknya meski tampak seragam, bulunya cukup variatif. Ada warna merah hingga cokelat keemasan, cokelat tua hingga abu-abu, dan juga kehitaman. Dalam sebuah mitos dikatakan bahwa dengan membakar satu helai bulu kucing emas bisa mengusir harimau.

Sebagaimana jenis kucing liar lainnya, kucing emas termasuk predator soliter yang bersifat teritorial. Ia cenderung lebih aktif siang hari hingga senja. Batas-batas kawasan teritorial, umumnya ditandai dengan bau tubuh dan bulu yang ditinggalkan saat menggesekkan badannya di batang kayu atau batu besar. Selain itu juga, ada bekas cakaran pada batang pohon, semprotan urine dan feses.

Kucing emas biasanya memburu hewan yang lebih kecil dari tubuhnya, seperti tupai, ular kecil, tikus, burung, reptil, dan kelinci. Namun, di Pegunungan Goral di Sikkim, India, kucing emas pernah dilaporkan memburu babi hutan, rusa, dan kerbau betis. Di wilayah yang dihuni manusia, mereka juga kerap memangsa unggas peliharaan, domba, dan kambing. Menurut pernyataan Taman Nasional Semenanjung Malaysia, kucing emas juga memangsa monyet dan kancil.

Satwa kucing emas termasuk spesies yang hampir terancam punah. Sebagian besar kepunahannya diakibatkan oleh alih fungsi lahan dan hilangnya habitat asli. Mereka juga menghadapi perburuan liar. Saat ini, beberapa kucing emas menempati tempat perlindungan satwa liar, dan beberapa kebun binatang membiakkan kucing-kucing ini di penangkaran.

Dengan kondisi seperti itu, Kucing emas dikategorikan satwa Apendix I (dilarang diperdagangkan) oleh CITES. Berdasarkan IUCN Redlist, statusnya Near Threatened yang artinya mendekati terancam punah. Di Indonesia, kucing emas merupakan jenis satwa yang kehidupannya dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Tags satwa fauna hewan binatang edukasi alam lingkungan biologi endemik kucing langka spesies
Referensi:
  1. kumparan.com
  2. www.cnnindonesia.com
  3. www.mongabay.co.id




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar