Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Penerjemah Internasional 30 September 2023
pinterest

Kopi Gayo Citarasa Kopi Nusantara Yang Disukai Hingga Mancanegara

DaerahKita 23/11/2021

Terdapat banyak jenis kopi yang tersebar di berbagai tempat di nusantara. Kopi di setiap daerah memiliki rasa khas. Salah satunya adalah kopi arabika Gayo yang berasal dari Aceh. Kopi Gayo atau Gayo Coffee adalah salah satu jenis kopi Nusantara yang paling populer, baik di dalam negeri maupun mancanegara.

Secara umum, kopi arabika berukuran agak besar dan berwarna hijau gelap. Tanaman kopi arabika atau nama ilmiahnya Coffea arabica ini memiliki daun berbentuk oval. Tinggi pohon kopi arabika bisa mencapai tujuh meter.

Lokasi Tanam

Kopi jenis Arabika dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo meliputi Takengon (Aceh Tengah), Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Bener Meriah. Hamparan luas perkebunan kopi tumbuh di dataran seluas 95.000 Ha dengan ketinggian kurang lebih 1200 meter. Dengan suhu udara yang rendah, sekitar 20 derajat celcius, di daratan tinggi ini cocok sekali untuk menumbuhkan beraneka varietas tananam kopi.

Metode Tanam

Di perkebunan kopi, tinggi pohon ini dijaga agar berkisar 2-3 meter. Tujuannya agar mudah saat dipanen. Pohon kopi arabika mulai memproduksi buah pertamanya dalam tiga tahun. Lazimnya dahan tumbuh dari batang dengan panjang sekitar 15 sentimeter. Dedaunan yang di atas lebih muda warnanya karena sinar matahari, sedangkan di bawahnya lebih gelap. Tiap batang menampung 10-15 rangkaian bunga kecil yang akan menjadi buah kopi.

Citarasa

Kopi yang dihasilkan di dataran tinggi Gayo, Aceh ini memiliki aroma yang kuat dan gurih, serta tingkat keasaman yang rendah, yang disukai para penikmatnya. Arabika Gayo merupakan salah satu varietas kopi terbaik dunia. Mulai dari aroma hingga cita rasanya yang luar biasa, telah diakui oleh penikmat kopi tak hanya di negeri sendiri, namun juga hingga ke luar negeri. Cita rasa khas kopi ini dikenal dengan ciri utama antara lain aroma dan perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat.

Salah satu contoh varietas kopi Gayo adalah kopi bergendal. Kata bergendal berasal dari Bahasa Belanda yakni Berg (gunung) dan Dal (lembah). Sehingga oleh masyarakat Gayo biasa menyebutnya "Bergendal". Cita rasa kopi aceh gayo jenis Bergendal ini adalah fruity, herbal, spicy, low acidity, full body, dan long aroma after taste.

Keunggulan dari kopi Gayo adalah karena merupakan kopi organik yang memiliki rasa khas yang sedap. Seperti diketahui bahwa kopi organik hanya bisa diproduksi di lahan yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi serta memiliki curah hujan cukup dan lingkungan yang mendukung.

Sejarah Kopi Gayo

Penyebaran tumbuhan kopi ini tersebar di Indonesia pertama kali dilakukan oleh orang Belanda di abad 17. Biji Arabica Mocca dibawa orang Belanda dari jazirah Arabia ke nusantara. Selanjutnya penyebaran tanaman kopi itu sampai di kawasan dataran tinggi Gayo serta di kabupaten Aceh Tengah.

Tahun 1873–1904, Belanda menyatakan perang terhadap Kesultanan Aceh. Setelah perang usai, perkebunan lada yang sebelumnya menjadi tanaman unggulan masyarakat setempat terbengkalai. Pemerintah Belanda lalu mulai menanam kopi di kebun seluas 100 ha di tahun 1908. Lahan perkebunan kebun kopi yang terdapat di tanah Gayo berada di dataran tinggi pada elevasi 1000–1700 meter dari permukaan laut.

Pada tahun 1925 hingga 1930, sejarah baru mulai dibuka yaitu adanya kebun kopi di lingkungan masyarakat. Pembukaan kebun kopi tersebut dilakukan oleh para petani yang kebetulan bertetangga dengan kebun Belanda tersebut. Masyarakatnya ikut menanam kopi dengan mencontoh budidaya yang dilakukan pihak perkebunan. Hingga pada tahun 1930 terdapat empat kampung yang sudah berdiri di sekitar kebun Belanda tersebut yang kini terletak di Belang Gele yaitu Kampung Belang Gele, Paya Sawi, Atu Gajah dan juga Pantan Peseng.

Terdapat bukti arkeologis berupa sisa pabrik pengeringan kopi yang sudah ada pada masa kolonial Belanda di Aceh Tengah yaitu tepatnya di desa Wih Porak kecamatan Silih Nara. Hal itu menjelaskan bahwa kopi pada masa tersebut sudah menjadi komoditas perekonomian yang sangat penting.

Pemerintah Belanda saat itu menerapkan peraturan bahwa penduduk lokal hanya diperbolehkan mengonsumsi kopi Robusta. Sementara itu, varian kopi Arabika Gayo hanya untuk dikonsumsi oleh penjajah Belanda dan diekspor ke luar negeri. Faktor inilah yang menjadi awal mula kenikmatan kopi Gayo terkenal hingga ke seluruh dunia.

Setelah kemerdekaan, barulah perkebunan kopi di Aceh dikuasai masyarakat setempat. Tahun 1950-an, masyarakat bahkan mulai membabat hutan untuk membuka kebun rakyat. Awal 1970-an, Aceh Tengah menjadi kabupaten penghasil kopi terbesar di Provinsi Aceh.

Pengakuan Internasional

Semakin lama, kopi gayo juga semakin dikenal. Tak hanya di Aceh, tapi juga di Indonesia dan di tingkat dunia. Pada 2010 kopi ini mendapatkan status Fair Trade Certified dari International Fair Trade Organization. Pada bulan Oktober tahun itu juga, kopi Gayo mendapat nominasi sebagai The Best No. 1 dari International Conference on Coffee Science pada perhelatan yang diadakan di Bali.

Nilai Ekonomi

Kopi yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini menjadi jenis kopi yang paling banyak diekspor Indonesia ke mancanegara. Kopi Gayo adalah salah satu komoditi unggulan yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Kini, kopi arabika Gayo sudah menjadi mata pencaharian yang paling pokok oleh sebagian besar masyarakat Gayo. Bahkan, sudah menjadi satu-satunya sentra tanaman kopi yang sangat berkualitas di daerah Aceh Tengah.

Tags flora tanaman perkebunan tumbuhan UMKM produk komoditas minuman ekspor kopi kopi arabika kopi aceh kopi gayo
Referensi:
  1. www.tribunnews.com
  2. news.okezone.com
  3. lifestyle.sindonews.com
  4. www.sasamecoffee.com
  5. pergikuliner.com




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar