
Raja Haji Fisabilillah atau Raja Marhum Teluk Ketapang lahir pada 1725 di Kota Lama, Ulu Sungai, Riau. Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Melayu Riau berkembang cukup baik, bahkan beliau berhasil membangun Pulau Biram Dewa di Sungai Riau Lama.
Pada 1777 beliau diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV. Saat itu, Belanda telah menguasai Malaka dan sekitarnya. Pada 1780, beliau mengadakan perjanjian dengan Belanda. Meskipun telah ada perjanjian damai, Belanda mengingkarinya. Selama sebelas bulan, Angkatan Laut Belanda memblokade Riau, terutama Pulau Penyengat.
Akan tetapi, blokade Belanda masih bisa ditembus. Akhirnya Belanda mengajak Raja Haji Fisabilillah untuk gencatan senjata. Namun, selama terjadi gencatan senjata, Belanda secara diam-diam mendatangkan kapal perang yang lebih besar ke perairan Riau. Peperangan pun tidak terhindarkan. Pada Februari 1784 Raja Ali Haji Fisabilillah bersama Sultan Selangor menyerang Belanda di Malaka.
Pada 18 Juni 1784, Belanda melakukan serangan balasan. Raja Haji Fisabilillah gugur dalam pertempuran. Beliau wafat di Kampung Ketapang, Melaka, Malaysia. Pada awalnya beliau dimakamkan di Malaka, kemudian dipindahkan ke Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, oleh Raja Ja'far yang merupakan putra mahkotanya pada saat beliau memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda.
Pada 11 Agustus 1997, berdasarkan Keppres No.072/TK/1997, pemerintah menobatkan Raja Haji Fisabilillah sebagai Pahlawan Nasional. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, yaitu Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Artikel Terkait: