Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
wahyumedia

Karang Bolong dan Sarang Burung Walet, Cerita Rakyat Jawa Barat

DaerahKita 29/09/2020

Dahulu, di Jawa Barat, terdapat sebuah kesultanan bernama Kartasura. Semula, negeri yang berada di bawah Kesultanan Kartasura ini sangat damai dan tenteram. Rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Namun, ketika sang permaisuri menderita sakit yang sangat parah, keadaan kesultanan dan negeri tersebut menjadi goyah. Berbagai tabib telah dipanggil tapi tidak ada seorang pun yang mampu menyembuhkan penyakit permaisuri. Rakyat dan anggota kesultanan sangat sedih.

Hari demi hari keadaan sang permaisuri semakin buruk membuat tubuhnya kurus kering dan hanya mampu berbaring tanpa mampu berkata-kata. Pangeran pun menceritakan segala kegundahan hatinya kepada sang penasihat.

"Paman penasihat, apa yang harus aku lakukan? Berbagai usaha telah kucoba. Tapi hasilnya tetap saja nihil," kata sang pangeran.

"Baginda, hanya tinggal satu cara yang bisa dilakukan. Baginda harus banyak berdoa kepada Sang Mahaagung demi kesembuhan sang permaisuri," saran sang penasihat.

Akhirnya, pergilah Pangeran Kartasura ke sebuah tempat yang sangat sepi. Di sana sang Pangeran bertapa memohon petunjuk demi kesembuhan permaisuri. Godaan demi godaan ia hadapi selama mengadakan tapa agung. Hingga pada suatu malam pangeran mendapat sebuah petunjuk. Ia mendengar suara gaib yang mengatakan,"Pergilah kau ke Pantai Selatan. Ambillah bunga karang yang tumbuh di sana. Jadikan bunga itu sebagai obat untuk permaisuri."

Setelah mendengar suara gaib itu, pangeran segera kembali ke kesultanan. Tanpa ingin sedikit pun membuang waktu, pangeran memanggil penasihatnya dan membicarakan petunjuk yang diterimanya selama bertapa.

"Baginda, Pantai Selatan sangatlah luas. Karang-karang di sana juga sangat banyak. Menurut hamba, karang yang dimaksud adalah Karang Bolong. Di sana banyak terdapat gua yang biasanya ditumbuhi bunga karang," kata penasihat.

Mendengar hal tersebut, Pangeran segera memanggil Adipati Surti untuk mengambil bunga karang yang dimaksud. Dengan ditemani dua pengikutnya, Sanglar dan Sanglur, pergilah Adipati Surti ke Karang Bolong.

Berhari-hari sudah Adipati Surti bersama dua pengikutnya menempuh perjalanan yang cukup jauh hingga akhirnya mereka tiba di Karang Bolong. Adipati Surti kemudian bertapa di dalam gua memohon petunjuk. Setelah beberapa hari bertapa, Adipati Surti mendengar suara gaib seorang wanita.

"Hentikan tapamu. Aku akan menunjukkan letak bunga karang itu. Tapi, ada satu syarat yang harus kau penuhi. Kau harus bersedia menetap di pantai ini bersamaku."

Benar saja, ketika ia membuka matanya, di hadapannya telah ada seorang wanita cantik. Wanita itu bernama Suryawati. Ia adalah abdi Ratu Laut Selatan Nyi Loro Kidul.

Setelah lama berpikir, akhirnya Adipati Surti menyetujui syarat yang diajukan Suryawati. Kemudian, Suryawati mengulurkan tangannya untuk menunjukkan letak bunga karang itu tumbuh. Ketika menerima uluran tangan Suryawati, Adipati Surti merasa sukmanya terbawa, sedangkan jasadnya masih berada di tempat.

"Itulah bunga karang yang dapat menyembuhkan permaisuri. Jika diolah akan menjadi obat yang sangat berkhasiat," ucap Suryawati sambil menunjuk ke arah sarang burung walet.

Adipati Surti kemudian mengambil sarang burung walet tersebut dengan hati-hati. Ia mengambil cukup banyak untuk obat permaisuri. Setelah dirasa cukup, Adipati Surti kembali ke tempatnya bertapa. Sukmanya kembali menyatu dengan raganya.

Setelah itu, Adipati Surti memanggil dua pengikutnya, Sanglar dan Sanglur, untuk kembali ke istana. Betapa bahagianya ia karena berhasil menjalankan tugas dengan baik. "Baginda, inilah bunga karang yang dimaksud. Jika sarang walet ini diolah akan menjadi obat mujarab untuk permaisuri," ucap Adipati Surti.

"Benarkah? Terima kasih Paman Adipati. Kau telah menyelamatkan nyawa permaisuri," ucap pangeran. "Sudah menjadi tugas hamba mengabdi kepada keluarga kesultanan," jawab Adipati Surti.

Lalu sarang burung walet itu diserahkan kepada pembantu istana untuk diolah. Olahan sarang burung walet itu diminumkan kepada permaisuri. Setelah beberapa kali minum olahan sarang walet, keadaan permaisuri semakin membaik.

Permaisuri sudah mampu berbicara dan bahkan menggerakkan tubuhnya. Pangeran Kartasura sangat berbahagia melihat perkembangan yang terjadi pada permaisuri. Kian hari kondisi tubuh permaisuri semakin sehat. Rakyat dan keluarga Kesultanan Kartasura menyambut bahagia. Akhirnya, pemerintahan kembali berjalan seperti sediakala.

Di tengah kebahagiaan itu, Adipati Surti teringat akan janji yang pernah diucapkannya kepada Suryawati. Ia memohon kepada pangeran untuk pergi meninggalkan istana. Adipati Surti beralasan kepergiannya itu adalah untuk menjaga Karang Bolong yang di dalamnya banyak terdapat sarang burung walet.

Mendengar hal itu, Pangeran Kartasura sangat sedih harus melepas kepergian adipati kesayangannya. Seluruh rakyat dan Kesultanan Kartasura melepas kepergian Adipati Surti dengan isak tangis. Adipati Surti adalah orang yang baik hati dan pemberani. Oleh karena itu, ia disukai banyak orang. Apalagi jasanya yang telah menyelamatkan nyawa permaisuri.

Sanglar dan Sanglur pun ikut serta menemani Adipati Surti pergi dari istana menuju Karang Bolong. Setelah beberapa hari, tibalah mereka di Karang Bolong. Di sana, mereka mendirikan sebuah rumah sederhana.

Tidak berapa lama, Adipati Surti pergi bertapa di dalam gua. Sukmanya pun terpisah dari raganya menemui Suryawati. "Aku datang untuk memenuhi janjiku," ucap Adipati Surti kepada Suryawati. Akhirnya, mereka menikah dan hidup bahagia di Karang Bolong. Sampai sekarang, sarang burung walet banyak dicari orang untuk masakan atau pun sebagai obat meskipun harganya sangat mahal.

Pesan Moral:

Sebuah usaha tanpa diiringi doa tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, biasakanlah berdoa dalam menjalankan segala sesuatu. Kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu menepati janji yang telah diucapkan.

Tags cerita kisah rakyat legenda sastra edukasi budaya tradisi dongeng anak siswa literasi fiksi murid
Referensi:

Buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara
Oleh: Sumbi Sambangsari
Penerbit: Wahyumedia


Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar