
Terdapat berbagai kuliner khas daerah yang populer di Banten antara lain pecak bandeng, sate bandeng, nasi sumsum, dan rabeg. Rabeg adalah hidangan olahan daging dan jeroan kambing seperti usus dan hati kambing. Kuliner ini kaya citarasa karena campuran rempah seperti pala, lada dan kayu manis, yang membalut lezatnya jeroan dan daging kambing yang empuk sehingga sedap disantap. Selain rasanya yang lezat dan gurih, makanan ini juga istimewa karena sarat akan sejarah Kesultanan Banten.
Menurut cerita, suatu ketika Sultan Maulana Hasanuddin alias Pangeran Sabakinking (1552-1570) dari Kesultanan Banten pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah. Perjalanan memakan waktu berbulan-bulan. Setelah sekian lama berlayar maka sampailah sultan dan rombongannya ke suatu kota pelabuhan bernama Rabigh yang terletak di tepi Laut Merah dan saat ini masuk dalam wilayah Jeddah, Arab Saudi.
Dulunya Rabigh adalah sebuah kota kuno yang bernama Al Juhfah. Pada awal abad ke-17, sebuah tsunami besar menghancurkan kota tersebut. Namun beberapa waktu setelah kejadian itu, Al Juhfah dibangun kembali dan bahkan menjadi sebuah kota yang sangat indah yang diberi nama Rabigh. Sultan Maulana Hasanuddin sangat kagum dengan keindahan kota Rabigh ini. Dia pun kerap menghabiskan waktu untuk berkeliling kota tersebut. Ketika menikmati suasana kota Rabigh, Sultan Maulana Hasanuddin sempat mencicipi satu makanan yang bahan dasarnya terbuat dari daging kambing. Dia ternyata berkenan dengan kuliner khas Rabigh itu.
Setelah Sultan Maulana Hasanuddin selesai menunaikan ibadah haji, Sultan pun kembali ke tanah air. Namun kenangan akan Rabigh tidak pernah hilang dari benaknya, terutama kelezatan olahan daging kambingnya. Untuk mengobati kerinduannya, maka dia memerintahkan juru masak istana untuk membuat masakan yang serupa dengan santapan yang dia nikmati saat di Rabigh. Merasa kesulitan dengan permintaan itu, sang juru masak lalu menciptakan resep sendiri yang didasarkan pada makanan-makanan khas tanah Arab. Kendati tidak sama persis dengan masakan khas Rabigh, saat dihidangkan ternyata Sultan Maulana Hasanuddin menyukainya.
Sejak itulah, makanan yang terinspirasi dari negeri Arab itu, menjadi menu wajib di Istana Kesultanan Banten. Kalangan istana lalu menamakan makanan eksklusif santapan raja tersebut sebagai rabigh. Seiring waktu, resep rabigh sampai juga ke khalayak ramai dan kemudian menyebar ke seluruh Banten. Hingga akhirnya kata "rabigh" di tengah masyarakat berubah menjadi "rabeg" seperti yang kita tahu sekarang.
Bagi yang ingin mencoba membuat makanan khas Banten ini sendiri di rumah, berikut bahan-bahan yang diperlukan dan cara membuat Rabeg.
Bahan-bahan
Cara memasak
Artikel Terkait: