Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
jembatan-pengetahuan

Tengku Amir Hamzah, Sastrawan Pujangga Baru

DaerahKita 11/08/2020

Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera lahir pada 28 Februari 1911 di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara. Ayahnya, Tengku Muhammad Adil, adalah seorang pangeran di Langkat yang mencintai sejarah dan sastra Melayu. Sang ayah yang menjadi wakil sultan untuk Luhak Langkat Bengkulu dan berkedudukan di Binjai, Sumatera Timur, memberi nama Amir Hamzah karena mengagumi Hikayat Amir Hamzah.

Sejak kecil, Amir Hamzah sudah hidup dalam suasana lingkungan yang menggemari sastra dan sejarah. Beliau sekolah di Langkatsche School (LS) dan pada sore hari mengaji di Maktab Putih di sebuah rumah besar bekas istana Sultan Musa di belakang Masjid Azizi, Langkat, Sumatera Utara. Setamat LS, Amir Hamzah melanjutkan studi ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO, sekolah setingkat SMP) di Medan, tetapi tidak sampai selesai dan pindah ke MULO di Jakarta.

Perkembangan kepenyairannya semakin terbentuk sejak sekolah di AMS (Algemene Middelbare School) jurusan sastra Timur di Surakarta. Di sekolah inilah Amir Hamzah memperkaya diri dengan kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia lainnya. Kegemaran dan kepiawaian menulis sajak berlanjut hingga kuliah di Recht Hooge School (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta. Dalam kumpulan sajak Buah Rindu yang ditulis antara 1928 hingga 1935, tampak perubahan lirik dan syair Melayu-nya yang menjadi lebih modern.

Bersama Armijn Pane dan Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah adalah tiga sejoli yang memimpin Pujangga Baru, majalah yang menguasai kehidupan sastra dan kebudayaan Indonesia sejak 1933 hingga pecah Perang Dunia II. Amir Hamzah dikenal sebagai penyair besar angkatan pujangga baru yang kepenyairannya membuat bahasa Melayu-Indonesia mendapat suara dan lagu yang unik yang terus dihargai hingga sekarang.

Secara keseluruhan, ada 160 karya Amir yang berhasil dicatat. Diantaranya 50 sajak asli, 77 sajak terjemahan, 18 prosa liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli, dan 1 prosa terjemahan. Karya-karyanya tercatat dalam kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur, dan terjemahan Baghawat Gita.

Pada 29 Oktober 1945, Amir Hamzah diangkat menjadi Wakil Pemerintahan Indonesia untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai. Namun, akhir hidup penyair besar Pujangga Baru itu tragis. Pada Maret 1946 di Sumatera Timur terjadi revolusi sosial, sasarannya adalah keluarga bangsawan yang dianggap feodal dan kurang memihak pada rakyat, termasuk Amir Hamzah. Beliau hilang tak tentu rimbanya. Jenazahnya ditemukan di sebuah pemakaman massal di Kuala Begumit. Konon, beliau dihukum mati pada 20 Maret 1946. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Pemakaman Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara.

Pada 3 November 1975, berdasarkan Keppres No. 106/TK/1975, pemerintah menobatkan Tengku Amir Hamzah sebagai pahlawan nasional. Namanya dipakai sebagai nama gedung pusat kebudayaan Indonesia di kedutaan besar RI di Kuala Lumpur Malaysia, nama sebuah jalan di Jakarta Pusat, serta nama masjid di lingkungan Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Tags pahlawan sejarah nasional edukasi tokoh gerilya pejuang biografi sastrawan
Referensi:
  1. Buku Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, oleh Didi Junaedi, Indonesia Tera, 2014

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar