Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bebas Kendaraan Bermotor 22 September 2023
minews

I Gusti Ketut Jelantik, Pemimpin Peristiwa Puputan Jagaraga

DaerahKita 17/07/2020

I gusti Ketut Jelantik lahir di Bali, tetapi tahun kelahirannya tidak diketahui. Keluarganya adalah keturunan Dinasti Panji Sakti. I Gusti Ketut Jelantik menjabat sebagai patih Kerajaan Buleleng.

Berawal dari hak hukum Tawan Karang yang menyatakan bahwa kapal dari pemerintah manapun yang bersandar maupun terdampar di wilayah perairan Bali, maka menjadi milik Kerajaan Bali. Pada waktu itu, Pemerintah Belanda menolak hak hukum Tawan Karang yang jelas akan merugikan pihaknya.

Suatu hari, kapal dagang Belanda terdampat di wilayah Prancak, Jembrana, yang merupakan wilayah Kerajaan Buleleng. Kapal tersebut segera disita oleh Kerajaan Buleleng dan hal tersebut membuat Belanda marah. Belanda menuntut penghapusan hukum tersebut dan meminta pihak Kerajaan Buleleng mengakui kekuasaan Belanda di Hindia Belanda.

Tuntutan Belanda tersebut membuat patih Kerajaan Buleleng, I Gusti Ketut Jelantik, marah. Beliau bersumpah, selama hidupnya tidak akan pernah tunduk pada kekuasaan Belanda, apapun alasannya. Beliau lebih memilih berperang dibandingkan harus mengakui kedaulatam dan kekuasaan Pemerintah Belanda.

Pada 1843, ketika Pemerintah Belanda berhasil mendapatkan persetujuan raja dari kerajaan-kerajaan Bali untuk menghapuskan hak hukum Tawan Karang dan mengakui kekuasaan Belanda, Kerajaan Buleleng tetap pada pendiriannya. Mereka menolak untuk menghapuskan perjanjian yang bagi I Gusti Ketut Jelantik akan merugikan warganya.

Penolakan itu menjadi penyebab pecahnya perang antara Buleleng dan Belanda pada 27 Juni 1846 sehingga akhirnya Istana Buleleng dikuasai Belanda. Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik melarikan diri ke daerah Jagaraga. Di sana, I Gusti Ketut Jelantik dan Raja Buleleng mendirikan benteng-benteng pertahanan yang sulit dijangkau oleh meriam. Akan tetapi, Belanda terus mengejar I Gusti Ketut Jelantik dan Raja Buleleng hingga ke Jagaraga. Perang pun kembali meletus. Peperangan yang terjadi pada Juni 1848 ini tak hanya melibatkam tentara Belanda, tetapi juga kerajaan-kerajaan di Bali yang berhasil dipengaruhi Belanda.

Pada perang Jagaraga I ini, tentara Belanda berhasil dipukul mundur. Belanda kehilangan 14 perwira san 242 tentara. Pada 1849, Belanda kembali menyerang wilayah Jagaraga. Tentara Belanda yang dipimpin Jenderal Van der Wijk dikalahkan tentara Buleleng. Belanda segera mengatur strategi baru dibawah kepemimpinan Jenderal Michels. Dengan pengalaman strategi yang telah dipelajari, pada 16 Apri 1849, Buleleng jatuh ke tangan Belanda.

I Gusti Ketut Jelantik kembali berhasil meloloskan diri dan pergi ke Kintamani, tepatnya ke Pegunungan Batur. Belanda yang terus mengawasi beliau akhirnya berhasil mengepungnya. Beliau gugur dalam pertempuran di Perbukitan Bale Pundak, lalu dimakamkan di Karang Asem. Pertempuran ini dikenal dengan Puputan Jagaraga yang berarti "perang sampai titik darah penghabisan".

Pada 15 September 1993, berdasarkan Keppres No. 077/TK/1993, pemerintah menobatkan I Gusti Ketut Jelantik sebagai pahlawan.

Tags pahlawan Bali sejarah nasional edukasi tokoh
Referensi:
  1. Buku Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, oleh Didi Junaedi, Indonesia Tera, 2014

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar