
Ada suatu kisah tentang persahabatan ayam jantan dan ikan tongkol. Mereka selalu saling membantu dalam setiap kesulitan. Suatu hari, bangsa ayam mendengar adanya acara yang akan diadakan oleh salah seorang nelayan yang tinggal di pinggir pantai. Nelayan itu akan mengadakan pesta besar-besaran untuk pernikahan anaknya. Sang nelayan mengundang seluruh orang di kepulauan itu.
Kabar ini kemudian disampaikan oleh bangsa ayam kepada bangsa ikan tongkol di laut. “Hai ikan tongkol sehabatku, aku mendengar di daratan akan ada pesta besar. Di pesta itu akan diadakan pertunjukan. Jika kau tertarik datanglah nanti malam,” begitu ucap pemimpin bangsa ayam kepada pemimpin bangsa ikan tongkol.
“Benarkah demikian? Kalau begitu kami ingin melihatnya. Rasanya bosan juga berada terus-menerus di lautan yang sepi. Kami ingin melihat acara yang berbeda daripada di laut”, ucap pemimpin ikan tongkol.
Baru beberapa langkah pemimpin bangsa ayam melangkah pergi meninggalkan sehabatnya bangsa ikan tongkol, sang pemimpin ikan tongkol memanggil kembali, “Tunggu sebentar ayam, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?” begitu ia bertanya.
“Ada apa sehabatku? Jika aku mampu tentu aku akan menolongmu,” jawab pemimpin bangsa ayam.
“Begini, biasanya jika terbit fajar, air laut akan mengalami gelombang surut sehingga daratan menjadi kering. Oleh karena itu sebelum terbit fajar, tolong beritahu kami. Kami harus meninggalkan daratan untuk kembali ke laut, “ pinta pemimpin bangsa ikan tongkol.
“Baiklah sehabatku, kalian tidak usah khawatir. Aku akan memberitahu kalian sebelum terbit fajar,” jawab pemimpin ayam.
“Terimakasih sehabatku,” kata pemimpin ikan tongkol. Pemimpin bangsa ayam menyanggupi permintaan sehabatnya karena tak ingin mereka celaka. Dan juga sudah menjadi kebiasaan ayam jantan berkokok setiap menjelang pagi untuk membangunkan seluruh warga kepulauan.
Malam pun menjelang. Saat ini malam bulan purnama. Air laut perbani (laut mengalami gelombang pasang besar). Para ikan tongkol pun berbondong-bondong berenang memasuki daerah pantai. Mereka mengendap-endap ke daratan dan bersembunyi di kolong balai-balai.
Keramaian di rumah nelayan sudah terjadi sejak sore. Bangsa ikan tongkol dan bangsa ayam sudah bersiap-siap untuk menyaksikan pertunjukan yang mereka tunggu-tunggu. Pertujukan itu adalah zikir bardah (doa atau puji-pujian berlagu) yang diiringi dengan gendang rebana. Bunyi-bunyian itu sangat disukai para ikan tongkol. Mereka gembira karena akhirnya bisa menikmati dari jarak dekat.
Semakin malam, pertunjukan itu semakin mengasyikkan. Para ikan tongkol sangat menyukai zikir bardah itu. “Wah, betapa merdu dan bagusnya syair-syair ini,”ujar pemimpin ikan tongkol.
Tanpa mereka sadari, malam sudah semakin larut, dan merekapun tertidur pulas. Tanpa diduga sebelumnya, ternyata tak hanya ikan tongkol saja yang tertidur, para ayam pun juga ikut terlena dan tertidur pulas.Padahal, mereka punya tugas untuk membangunkan para ikan tongkol dengan berkokok sebelum fajar tiba. Baik ayam berada di kandang maupun yang betengger, semua tertidur lelap.
Malapetaka pun datang. Subuh sudah menjelang, tetapi tidak ada satu ayam jantan pun yang berkokok. “Ya ampun, gawat. Aku lupa berkokok,” kata salah satu ayam jantan. Lalu semua ayam terjaga.
“Air laut sudah surut. Bagaimana dengan nasib sahabatku ikan tongkol? Mereka pasti akan marah pada kita,” ucap pemimpin bangsa ayam.
Benar saja, para ikan tongkol terkejut bukan kepalang. Ketika mereka bangun dari tidurnya, hari sudah pagi, dan daratan sudah mengering. Mereka tidak dapat lagi kembali ke laut. Para ikan tongkol pun berhamburan ke lekuk-lekuk karang berisi air yang berada tidak jauh dari bibir pantai. Tapi, sebagian besar lagi terjebak di daratan dan tidak bisa pergi ke mana-mana.
Pagi itu, seluruh penduduk pantai terkejut dan heran melihat banyak sekali ikan tongkol di daratan. Ikan-ikan tongkol tampak menggelepar-gelepar kekeringan di kolong balai-balai.
“Wah banyak sekali ikan tongkol di sini,” salah seorang penduduk berseru.
Penduduk pantai pun beramai-ramai menangkapi ikan-ikan tongkol yang malang itu. Sedangkan pemimpin ikan tongkol sangatlah murka kepada ayam jantan yang tidak berkokok membangunkan mereka.
“Dasar, kurang ajar kamu ayam. Kamu mencelakai bangsaku,” teriak pemimpin ikan tongkol dengan marah.
“Mulai saat ini, kami akan memangsa semua bangsa ayam, terutama ayam jantan,” sumpah si pemimpin ikan tongkol.
Maka sejak saat itu, ayam dan ikan tongkol pun bermusuhan. Persahabatan mereka telah berubah menjadi dendam. Para nelayan pun sejak saat itu dengan mudah mendapatkan ikan tongkol jika umpannya adalah bulu ayam jantan.
Pesan moral:
Memegang janji memang tidak mudah. Untuk itu berhati-hatilah jika kita membuat janji dengan orang lain. Sebab, janji adalah utang yang harus kita tunaikan.
Artikel Terkait: