Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bebas Kendaraan Bermotor 22 September 2023
wahyumedia

Kembang Wijaya Kusuma Cerita Rakyat Jawa Timur

DaerahKita 11/05/2020

Dikisahkan ketika masa kerajaan Kediri dipimpin oleh Prabu Aji Pamoso, hidup seorang resi, yaitu petapa atau orang suci. Resi tersebut seorang yang sakti mandraguna, dan dikenal dengan nama Resi Kano. Prabu Aji Pamoso yang mendengar kesaktian Resi Kano, tampak gundah gulana. Ia tidak ingin seorangpun dapat mengalahkan kesaktiannya. Jika sampai rakyatnya tahu ia bisa dikalahkan oleh Resi Kano, maka wibawanya di mata rakyat akan turun. Oleh karena itu, Prabu Aji Pamoso mencari cara untuk mengusir Resi Kano dari Kediri dan kemudian membunuhnya.

Resi Kano yang sakti mengetahui rencana jahat Sang Prabu. Sebelum tertangkap oleh para pengawal kerajaan, Resi Kano telah pergi meninggalkan wilayah Kediri. Tindakan Resi Kano yang berhasil lolos melarikan diri membuat Prabu Aji Pamoso semakin murka. Dengan ditemani ara pengawalnya, Prabu Aji Pamoso segera memburu Resi Kano.

Resi Kano menyelamatkan diri hingga ke pamtai Pulau Jawa, dekat daerah Cilacap. Di sana ia mencari tempat yang tenteram dan sunyi untuk bertapa. Ia meminta kepada Dewata Agung untuk menyelamatkannya dari pengejaran Prabu Aji Pamoso dan pengawalnya.

Namun, karena kegigihan Prabu Aji Pamoso, akhirnya tempat persembunyian Resi Kano dapat ditemukan. Sewaktu Resi Kano sedang melakukan semedi, sang Prabu membunuhnya. Anehnya, ketika Resi Kano terbunuh, tidak hanya nyawanya yang melayang, tetapi raganya pun menghilang. Melihat hal itu, Prabu Aji Pamoso sangat terkejut. Ditambah lagi dengan munculnya suara-suara gemuruh dan angin ribut yang menakutkan.

Untuk mengatasi ketakutannya, sang Prabu mengucapkan mantra-mantra saktinya. Suara gemuruh pun mereda. Tiba-tiba saja hal tak terduga terjadi. Muncul seekor naga raksasa yang mendesis. Mulutnya yang besar menganga lebar seolah-olah hendak memakan bulat-bulat sang Prabu.

Seiring dengan munculnya sang naga raksasa, ombak di pantai Cilacap semakin tinggi dan menakutkan. Prabu Aji Pamoso yang merasa keselamatannya terancam segera mengeluarkan panah saktinya.

Panah itu tepat mengenai naga raksasa. Naga itu pun mnggeliat-geliat dan akhirnya mati bersimbah darah.

Keanehan terjadi lagi, tiba-tiba dari arah timur muncul sesosok wanita cantik memanggil-manggil nama Prabu Aji Pamoso. Melihat hal itu, Prabu Aji Pamoso terperangah.

"Si...si...siapa kamu sebenarnya? Apa maumu?" tanya Prabu Aji Pamoso terbata-bata.

"Jangan takut, Baginda. Nama hamba Dewi Wasowati. Hamba justru ingin berterimakasih, karena berkat jasa Baginda, hamba dapat kembali menjadi manusia," ucap putri yang cantik itu sambil tersenyum. Prabu Aji Pamoso yang masih terkejut dengan kejadian itu tidak bisa berkata apa-apa. Sang Prabu masih terdiam seribu bahasa sambil menatap Dewi Wasowati.

"Sebagai balas jasaku, kupersembahkan kembang wijaya kusuma ini kepada Baginda. Bunga ini tidak akan didapatkan di alam biasa. Bagi siapa saja yang memiliki kembang wijaya kusuma ini maka akan dapat menurunkan raja-raja yang berkuasa di Pulau Jawa," ucap Dewi Wasowati.

Mendengar ucapan Dewsi Wasowati, Prabu Aji Pamososangat bahagia. Sang Prabu pun menhampiri Dewsi wasowati yang berada di sebuah pulau di seberang laut. Dengan kesaktiannya, sang Prabu mengayuh perahunya dengan semangat. Akhirnya tiba juga ia di hadapan Dewi Wasowati.

"Baginda, kuberikan kembang wijaya kusuma ini kepada Baginda. Dan pulau karang ini kuberi nama Nusa Kambangan sebagai tanda aku menyerahkan kembang ini kepada Baginda," begitu ucap Dewi Wasowati.

Setelah menyerahkan kembang wijaya kusuma, Dewi Wasowati lenyap dari hadapan Prabu Aji Pamoso. Sang Prabu lalu kembali ke pantai Cilacap dengan perahu kecilnya. Namun sangat disayangkan, karena kurang hati-hati, kembang wijaya kusuma yang digennggamnya jatuh dan hilang ke dasar samudra. Prabu Aji Pamoso baru menyadari setibanya ia di pantai. Sang Prabu sangat menyesal karena kembang wijaya kusuma tidak berhasil ia bawa ke Kediri.

Pesan Moral:

Janganlah kita merasa iri atas keberhasilan dan kesuksesan orang lain. Belajarlah untuk menerima kekalahan dengan besar hati. Selain itu, kita harus dapat menghargai setiap pemberian dari orang lain. Jagalah dengan hati-hati.

Tags cerita kisah rakyat legenda sastra edukasi budaya tradisi dongeng anak siswa literasi mitos Kediri Cilacap
Referensi:
  • Buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara oleh Sumbi Sambangsari

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar