Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
acesflyinghigh

Pesawat Pembom Tupolev TU-16 Salah Satu Simbol Kekuatan Angkatan Udara Indonesia Era 1960-an

DaerahKita 25/03/2020

Di masa lalu, yaitu pada dekade 1960-an, Indonesia pernah menjadi negara dengan kemampuan udara terdepan di kawasan bumi belahan selatan (southern hemisphere). Bagaimana tidak, ketika itu Angkatan Udara Republik Indonesia yang disingkat AURI (sekarang TNI-AU), memiliki salah satu jenis pesawat pembom jet strategis tercanggih di dunia, Tupolev Tu-16. Padahal saat itu hanya ada tiga jenis pesawat pembom di dunia yakni, B-58 Hustler yang dioperasikan AS, V Bomber (Vulcan, Victor, serta Valiant) yang dioperasikan Inggris, kemudian Uni Soviet dengan Tupolev TU-16nya. Di kalangan negara barat, pesawat TU-16 buatan Uni Sovyet (sekarang Rusia) itu, dijuluki dengan nama Badger. Selain Indonesia, negara lain yang juga mengoperasikan TU-16 pada kala itu adalah Mesir.

Tu-16 memiliki kemampuan jelajah cukup jauh, hingga 7.200 km dengan kecepatan jelajah yang mencapai 1.050 km per jam serta memiliki kemampuan terbang hingga mencapai ketinggian 12.800 m. Kemampuan angkut muatan bomnya pun fantastis, Tu-16 mampu membawa bom seberat 9.000 kg. Tu-16 diawaki oleh 6-7 orang kru. Pesawat ini ditenagai oleh 2 buah mesin Mikulin AM-3 M-500 turbojet dengan daya dorong masing-masing 93,2 kN (21.000 lbf).

Dari segi arsenal, TU-16 juga dilengkapi persenjataan yang mumpuni. Untuk mempertahankan diri, pesawat dipersenjatai dengan enam hingga tujuh pucuk meriam 23 mm Afanasev Makarov AM-23. masing-masing dua pucuk di bagian perut, punggung, serta ekor pesawat. Selain itu kadang ditambah satu pucuk di bagian hidung pesawat. Sementara untuk senjata strategis, pesawat mampu membopong dua buah rudal Raduga KS-1 Komet (AS-1 Kennel) rudal anti-kapal pada cantelan underwing, sebuah rudal Raduga K-10S (AS-2 Kipper) anti-kapal, atau dua buah rudal Raduga KSR-5 (AS-6 Kingfish) anti-kapal rudal pada cantelan underwing. Di samping itu juga mampu mengusung bom seberat 9.000 kg (20.000 lb).

Angkasa News
Pesawat Pembom Strategis AURI, TU-16 sedang diparkir di landasan

Pembelian pesawat pembom yang memiliki daya gentar (deterrence effect) hebat ini tak lepas dari kondisi geopolitik yang tengah dihadapi Indonesia masa itu. Indonesia tengah mempersiapkan diri dalam merebut kembali Irian Barat. Sehingga tujuan dari pembelian pesawat pembom tersebut tak lain adalah untuk mempersiapkan diri dalam Operasi Trikora tahun 1962 yang bertujuan untuk merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Rencananya pesawat tersebut akan difungsikan untuk menyerang Hr. Ms. Karel Doorman (sebuah kapal induk Angkatan Laut Belanda yang pada masa itu tengah berlayar dekat Irian Barat) dengan menggunakan rudal anti-kapal AS-1 Kennel.

Operasi Trikora yang dilancarkan Indonesia itu adalah sebuah Operasi militer besar-besaran dilakukan dengan melibatkan tiga angkatan. Untuk Angkatan Udara, dibutuhkan pesawat pembom dan tempur. Bisa dibilang TU-16 adalah kartu AS terakhir Bung Karno untuk menaklukkan Belanda. Apalagi TU-16 ini dilengkapi dengan rudal strategis yang paling terbaik di masa itu, Kennel.

Karena itu di penghujung 50-an, Indonesia mengajukan permintaan untuk membeli TU-16. Hanya saja Duta Besar Rusia untuk Indonesia saat itu, Zhukov memaparkan kalau TU-16 masih dalam tahap pengembangan yang artinya belum siap dijual. Namun, Bung Karno terus mendesak. Desakan Bung Karno saat itu juga dipengaruhi oleh Letkol Salatun (saat itu sekretaris Dewan Penerbangan/Sekretaris Gabungan Kepala-Kepala Staf). Letkol Salatun yang mengemukakan ide pembelian TU-16 kepada Suryadarma tahun 1957. Ketika itu TNI tengah sibuk menghadapi PRRI/Permesta. Dari pemberontakan itu pula, semua tersadar bahwa AURI tidak punya pembom strategis. Pesawat pembom B-25 milik AURI yang dikerahkan menghadapi AUREV atau Angkatan Udara Revolusioner (AU Permesta), malah merepotkan. Karena daya jelajahnya terbatas, pangkalannya harus digeser, peralatan pendukungnya harus diboyong. Waktu dan tenaga tersita. Sungguh tidak efektif. Celaka lagi, Amerika meng-embargo suku cadangnya. Alhasil, gagasan memiliki Tu-16 semakin terbuka.

Merdeka
Pesawat pembom strategis Tupolev TU-16 tengah terbang melintas

Memang proses pembelian Tu-16 menghadapi banyak kendala. Tadinya negara Cina pernah dimintai bantuan untuk mempermulus proses lobi. Skenarionya adalah Cina diminta untuk bisa menalangi pembeliannya terlebih dahulu. Tapi karena neraca perdagangan Cina dan Rusia sedang terpuruk, rencana itu tak bisa terlaksana. Pada tahun 1960, Salatun bersama delegasi pembelian senjata yang dipimpin oleh Jenderal AH Nasution terbang ke Moskow. Awalnya mereka diliputi kebimbangan karena belum bisa memastikan apakah TU-16 sudah masuk dalam daftar persenjataan yang disetujui pihak Soviet. Dan ternyata TU-16 sudah masuk dalam daftar persenjataan yang ditawarkan oleh Uni Soviet. Segera AURI mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Chekoslovakia dan Rusia. Mereka dikenal dengan angkatan Cakra I, II, III, Ciptoning I dan Ciptoning II. Mulai tahun 1961, ke-24 Tu-16 mulai datang bergiliran diterbangkan awak Indonesia maupun Rusia. TU-16 pertama yang dipesan AURI berhasil mendarat di Kemayoran pada tanggal 1 Juli 1961. Total pada tahun 1961 itu AURI memiliki 25 unit pesawat bomber varian Tu-16KS-1.

Di masa konfrontasi Indonesia dengan Malaysia atau dikenal dengan Dwikora di tahun 1962, pesawat TU-16 AURI sempat menjalankan misi infiltrasi ke Semenanjung Malaya. Kemudian pada tahun 1963 pesawat TU-16 melakukan misi menyebarkan pamflet propaganda di Serawak, Sandakan dan Kinabalu, di bagian utara Pulau Kalimantan. Bahkan ketika itu TU-16 juga menjalankan misi yang sangat sulit, yaitu menjatuhkan paket di tengah benua Australia. Paket yang diberi label made in Indonesia itu berisi peralatan militer berupa perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng. Skenarionya, barang-barang itu akan didrop di Alice Springs, Australia (persis di tengah benua), untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu. Misi ini untuk memberi efek psikologis bagi Australia, agar tidak turut campur dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia. Semua misi berjalan sukses. Padahal Alice Springs ditongkrongi over the horizon radar system untuk memantau seluruh kawasan Asia Pasifik.

airport
Para personel AURI berfoto dengan latar belakang Tupolev TU-16 yang mereka awaki

TU-16 dirancang untuk menjadi pesawat serba bisa. Dalam arti, pesawat ini dibuat agar bisa difungsikan jadi mata-mata, pengumpul data elektronik intelijen, perang elektronik, dan juga patroli maritim. Senjata rudal Kennel sendiri memang tak pernah ditembakkan hanya pernah diujicobakan. Uji coba dilakukan sekitar tahun 1964-1965. Kennel ini ditembakkan di sebuah pulau karang yang terletak di tengah laut. Mantan wartawan TVRI, Hendro Subroto memaparkan kalau Kennel ditembakkan di pulau yang bernama Pulau Arakan.

Mengingat sedikitnya negara yang memiliki dan mengoperasikan jenis pesawat strategis bomber, pada awalnya Belanda pun tak percaya kalau Indonesia punya pesawat TU-16. Namun, Belanda kemudian mendapat info dari Amerika. Melalui penerbangan U2 Dragon Lady (sebuah pesawat mata-mata) yang diterbangkan dari Jepang pihak Amerika berhasil mendapat potret akan deretan TU-16 ini. Dari situlah, akhirnya Belanda tahu kalau Indonesia memiliki pesawat yang dalam tugasnya (yang dilengkapi rudal Kennel) akan menenggelamkan kapal induk Karel Doorman.

Sebagai informasi, selain mempunyai 12 TU-16 versi bomber (Badger A) yang masuk dalam Skadron 41, AURI pun memiliki 12 TU-16 KS-1 (Badger B) yang masuk dalam Skadron 42 Wing 003 Lanud Iswahyudi. Versi ini memiliki kemampuan bisa membawa sepasang rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Rudal inilah yang ditakuti Belanda. Karena hantaman enam Kennel, mampu menenggelamkan Karel Doorman ke dasar samudera. Hanya saja sayangnya, sampai Irian Barat diselesaikan melalui PBB atas inisiatif pemerintah Kennedy, kapal Karel Doorman tak pernah dijumpai TU-16.

grid
Deretan pesawat pembom Tupolev TU-16 milik AURI

Apa sajakah kehebatan TU-16 ini? Pertama jelas karena TU-16 merupakan pembom (bomber) paling maju pada zaman tersebut. Pesawat ini dilengkapi elektronik yang sangat canggih. Selain itu, badan pesawatnya juga kokoh. Bayangkan saja, badan pesawat tak mempan dibelah dengan menggunakan kapak yang terbesar sekalipun. Butuh las besar untuk bisa membelahnya. Karena bahan campurannya lebih banyak magnesium daripada aluminium, jangan harap kita bisa membongkar sambungan antara sayap dan mesinnya dengan mudah.

Meski memiliki banyak keunggulan, TU-16 rupanya juga punya sisi kelemahan. Sejumlah bagian pesawat tak cocok dengan suku cadang pengganti. Dengan suku cadang yang diambil secara kanibal pun tak cocok. Perbedaan dan sulitnya mencari suku cadang pengganti ini jelas menyusahkan. Akhirnya sistem kerajinan tangan lah yang dipilih. Sebenarnya suku cadang TU-16 bisa didapat dari Rusia. Hanya saja karena faktor politik yang begitu rumit dan berbelit, maka mendapatkan suku cadang yang memadai menjadi tidak mungkin.

Tempo
Pesawat pembom TU-16 yang legendaris kini disimpan di Museum Durgantara TNI AU di Yogyakarta

Pergulatan politik yang pelik saat itu membuat pengadaan suku cadang sangat rumit. Memang persediaan suku cadang TU-16 ada di Rusia dan itu memadai. Tapi tak bisa didapat dengan mudah. Nasib TU-16 makin tak jelas terlebih setelah terjadi pergolakan G30S/PKI. Bahkan AURI sempat berupaya untuk menjual armada TU-16 kepada Mesir tapi pada akhirnya tak terlaksana. Kemudian pada tahun 1969 semua unit TU-16 pun tak lagi diterbangkan.

Sebuah penerbangan perpisahan atau Farewell Flight akhirnya diadakan. Pada bulan Oktober 1970 menjelang HUT ABRI, TU-16 bernomor M-1625 bersama 10 awak diterbangkan dari Madiun ke Jakarta. Saat mendarat dan kembali lagi ke Madiun, ban pesawat meletus karena awaknya sengaja melakukan pengereman secara tiba-tiba atau mendadak. Saat ini, jika ingin melihat wujud TU-16 yang asli, kita bisa mengunjungi Museum TNI AU yang ada di Yogyakarta.

Tags pesawat sejarah TNI AU edukasi militer pertahanan teknologi dirgantara
Referensi:
  1. www.boombastis.com
  2. tni-au.mil.id
  3. tribunnews.com
  4. bali.tribunnews.com

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar