
Beberapa waktu lalu, PT LEN Industri (Persero) meraih penghargaan melalui salah satu produk teknologi persinyalan kereta api karya putra-putri Indonesia, yaitu teknologi Len Electronic Interlocking. Produk yang berhasil meraih ASEAN Outstanding Engineering Award 2018 di ajang CAFEO 2018 atau Conference of the ASEAN Federation of Engineering Organisations ke-36 di Resorts World Sentosa, Singapura pada 12-14 November 2018 tersebut, pertama kali diterapkan di Stasiun Slawi, Tegal, Jawa Tengah.
Stasiun Slawi (SLW) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jl. Kemiri No. 74, Pakembaran, Slawi, Tegal. Stasiun yang terletak pada ketinggian +38 m ini merupakan stasiun aktif yang letaknya paling utara di Daerah Operasi V Purwokerto. Stasiun terakhir direnovasi pada tanggal 17 Maret 1999 ini memiliki tiga jalur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus ditambah dua sepur badug di sisi selatan stasiun.
Sejak tanggal 22 Januari 2005, persinyalan di stasiun ini telah diganti dari manual menjadi elektrik. Pergantian persinyalan itu diresmikan oleh Menhub RI Hatta Rajasa. Stasiun Slawi merupakan stasiun pertama di Indonesia yang menggunakan sinyal elektrik buatan dalam negeri. Sistem interlocking yang terdapat pada sinyal tersebut dirancang oleh Lembaga Elektronika Nasional (PT. LEN Industri). Peresmian di Slawi tersebut menjadi tonggak sejarah dimulainya perkembangan produk persinyalan kereta api dalam negeri yang diharapkan bisa mengurangi ketergantungan kepada asing dalam pembangunan sistem persinyalan kereta api Indonesia baik dalam bidang kompetensi engineering, konstruksi dan juga perawatan yang pada ujungnya akan menghemat devisa negara.
Baca Juga:
Diawali kebutuhan dalam negeri untuk menyediakan teknologi persinyalan kereta api secara elektronik, PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) mengembangkan Sistem Interlocking LEN-02 (SIL-02). SIL-02 merupakan sistem sinyal elektrik pertama buatan dalam negeri yang bertugas mengatur lalu lintas kereta api. Dengan sistem ini, sang operator di ruang kendali stasiun tidak perlu bersusah payah lagi. Tinggal memencet tombol pada panel kendali, sinyal elektrik akan segera mengatur lalu lintas kereta api.
Untuk mengembangkan teknonoli ini, selain bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), LEN juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pihak BPPT bertugas mengaudit kelaikan teknologi yang diterapkan LEN.
SIL-02 terdiri dari peralatan lapangan dan peralatan di ruang operator. Yang dimaksud dengan komponen lapangan adalah lampu sinyal, motor wesel untuk mengatur jalur rel, serta sirkuit rel untuk menentukan posisi kereta. Komponen itu akan aktif setelah sistem kunci (interlocking) dihidupkan. Misalnya, jika ada kereta api yang masuk ke salah satu jalur, kereta yang lain tidak bisa masuk ke jalur yang sama.
Sedangkan yang termasuk komponen di dalam ruang operator adalah prosesor untuk pengolahan sinyal yang berbasis PLC (programmable logic controller), sistem perkabelan, serta panel kendali tempat tombol-tombol, status sinyal, serta satu prosesor untuk mengendalikan sinyal. PLC ini berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan sinyal masukan (input) dan keluaran (output).
Secara keseluruhan, desain sistem sinyal mengacu pada sistem persinyalan yang sudah baku. Artinya, komponen yang ada di ruang operator dapat dihubungkan dengan segala macam peralatan lapangan. Desain sistem sinyal ini multi-service, tidak tergantung pada salah satu merek sehingga dapat terkoneksi dengan peralatan lapangan merek apa saja.
Sistem SIL-02 ini juga dilengkapi peranti lunak untuk mengendalikan interlocking sinyal. Peranti lunak ini berbeda untuk tiap stasiun. Perbedaan ini, disesuaikan dengan jumlah rel yang ada di setiap stasiun. Makin besar stasiun dan jumlah relnya, maka harga sistem makin mahal. Peranti lunak yang dikembangkan juga mampu mendeteksi kesalahan.
Karena itulah, sistem sinyal elektrik yang dikembangkan memiliki dua prosesor. Fungsinya agar satu sama lain bisa saling mengecek kinerja sistem. Prososer yang satu bisa mendeteksi jika ada kesalahan logika pada prososer yang lain. Kesalahan itu, dapat segera diketahui operator di stasiun karena sistem akan memberi alarm peringatan atau print out data.
Produk dalam negeri ini diharapkan mampu menggantikan ketergantungan Indonesia dari industri pemasok. Sehingga jika ada kerusakan, perawatannya mudah dan bisa cepat ditangani. Sejauh ini, ada tiga macam teknologi sistem persinyalan elektrik buatan luar negeri yang telah dipasang di Indonesia. Ketiganya, yakni Solid State Interlocking (SSI) buatan Prancis dan Inggris, Vital Processor Interlocking (VPI) buatan Amerika, serta Westinghouse Train Radio And Advance Control (Westrace) Interlocking buatan Australia, Amerika, Inggris, dan Spanyol.
Karena diproduksi oleh pabrikan yang berbeda, peralatan interlocking mempunyai spesifikasi teknis yang berbeda pula. Akibatnya jika ada kerusakan pada peralatan interlocking atau komponen elektronik lainnya, sistem hanya dapat diperbaiki atau diganti oleh pabrik pembuatnya. Sejauh ini, sistem SSI telah dipasang pada jalur Jabotabek. Sedangkan sistem VPI digunakan pada jalur Bandung-Jakarta.
Dan sistem Westrace Interlocking digunakan di jalur selatan, semisal Tasikmalaya, Banjar, dan Yogyakarta. Karenanya, LEN berharap, pihaknya diberi kesempatan untuk memugar sistem sinyal lebih dari 20 sistem. Sebagai tahap awal, LEN mengusulkan agar sistem sinyal di jalur selatan diganti SIL-02.
Pada dasarnya, peralatan SIL-02 dapat dipilah menjadi dua bagian. Peralatan di luar ruangan (vital outdoor equipment) dan peralatan di dalam ruangan. Peralatan di dalam ruangan dapat dibagi menjadi vital area dan non vital area. Berikut ini penjelasannya.
Sedangkan cara kerja pemrosesan sinyal SIL-02 adalah sebagai berikut.
Artikel Terkait: