Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bebas Kendaraan Bermotor 22 September 2023
matapelajaran

Legenda Terbentuknya Danau Toba - Cerita Rakyat Sumatera Utara

DaerahKita 07/05/2019

Dikisahkan pada suatu ketika, di bagian utara Pulau Sumatera, hiduplah seorang pemuda sebatang kara bernama Toba. Ia tinggal di kawasan lembah yang landai dan subur. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, ia bertani dan memancing ikan.

Suatu hari, ia tidak mendapatkan ikan satupun juga. Padahal, sudah setengah hari ia memancing. Karena waktu sudah hampir senja, ia pun bergegas pulang dan bersiap mengambil pancingnya. Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ketengah sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar.

Setelah beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar berwarna keemasan tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti.

Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu.

Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang. Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja.

Setibanya di rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.

Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, dia meninggalkan dapur dan masuk ke kamar.

Alangkah terkejutnya ia melihat ada seorang perempuan cantik berambut panjang berada di dalam kamar. Ia pun segera memasuki kamarnya dengan perlahan untuk menangkap perempuan itu. “Hai siapa kau? Dari mana asalmu?” tanya Toba.

Ketika ditanya, perempuan itu hanya duduk terdiam meneteskan air mata. Karena risau ikan miliknya telah hilang, ia pun bertanya kepada perempuan itu, “Hai kemana ikan besar tadi?”

Bukannya menjawab, perempuan itu malah menangis tersedu-sedu. Makin penasaran, pemuda itu terus bertanya padanya, sehingga perempuan itu akhirnya berkata, “Aku adalah ikan yang kau tangkap tadi. Sedangkan uang emas yang terhampar itu adalah penjelmaan dari sisikku.

Alangkah terkejutnya si pemuda. Akan tetapi, karena merasa bersalah telah menyakiti hati perempuan itu, si pemuda pun berkata, “Maukah kau menjadi istriku?” Perempuan itu hanya terdiam dan menunduk.

“Mengapa kau diam saja?” tanya si pemuda lagi. “Aku mau menjadi istrimu tapi dengan satu syarat,” jawab si perempuan.

“Apakah syarat itu?” balas si pemuda dengan cepat. “Jika anak kita lahir dan tumbuh, jangan pernah engkau katakan bahwa dirinya adalah anak ikan,” pinta si perempuan.

Toba setuju dengan syarat itu, lalu mereka pun menikah hingga memiliki seorang anak lelaki yang diberi nama Samosir. Karena terlalu dimanjakan, anak mereka itu sangat nakal, kuat makan, dan tidak pernah mendengar nasihat kedua orangtuanya.

Suatu hari, sang ibu menyuruh anaknya mengantar nasi untuk ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Karena merasa lapar, di tengah perjalanan anak itu membuka makanan untuk ayahnya kemudian memakannya dengan lahap, tanpa merasa bersalah.

Usai memakannya, ia membungkusnya kembali dan melanjutkan perjalanannya ke tempat sang ayah. Dengan senang hati, ayahnya membuka bungkusan makanan tersebut. Alangkah terkejutnya sang ayah melihat isi bungkusan itu hanya berupa tulang ikan saja.

“Mengapa bungkusan ini hanya berisi tulang ikan saja?” tanya sang ayah.

“Tadi di perjalanan perutku terasa lapar. Jadi makanan itu aku makan saja,” jawab anaknya.

Karena merasa emosi, sang ayah menampar anaknya tepat di pipinya dan berkata, “Betul memang kau ini anak ikan.” Anak itu menangis sejadi-jadinya. Ia pun berlari pulang untuk menanyakan kebenaran perkataan ayahnya.

Sesampainya di rumah, ia segera berlari menemui ibunya. “Ibu.., apa benar yang dikatakan ayah bahwa aku ini anak seekor ikan?” tanya sang anak sambil terus menangis.

Si ibu pun sedih dan terkejut. Ia berkata dalam hatinya, “Suamiku telah melanggar janjinya, sekarang aku harus kembali ke alamku.

Kemudian, si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan mencari tempat tertinggi di puncak bukit itu.

Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.

Ketika tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak bukit, dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat.

Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir. Sementara ikan besar jelmaan si ibu konon menjadi penunggu Danau Toba.

Pesan moral:

Jangan pernah melanggar janji yang sudah diucapkan dan jadilah orang yang dapat mengendalikan emosi.

Tags cerita kisah rakyat legenda sastra edukasi budaya tradisi dongeng anak siswa literasi mitos
Referensi: Dari berbagai sumber



Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar