
Seperti di banyak daerah lain, Provinsi Maluku memiliki seni kerajinan berupa kain tradisional atau wastra yang merupakan warisan turun-temurun masyarakat setempat. Kain tenun tradisional yang bernama Tais Pet itu merupakan kain tenun khas dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar atau dulu bernama Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Tais pet merupakan satu dari 33 kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Keberadaan tais pet di Tanimbar merupakan bagian dari penyebaran budaya kain tenun yang menyebar di kepulauan Nusantara setelah kedatangan bangsa asing di Nusantara. Proses itu berawal dari jalur perdagangan yang disebut Jalur Sutera, yaitu jalur ekspedisi perdagangan kain sutera yang dilakukan oleh bangsa Tiongkok dengan bangsa-bangsa mancanegara. Tenun sutera dari Tiongkok pada masa Dinasti Han sangat terkenal hingga mencapai Asia Tengah (Turkistan), Korea, Mansyuria Selatan, Anam, dan Sinkiang (daerah utara Tibet). Jalur perdagangan Tiongkok membentang ke arah barat sampai ke wilayah Roma.
Kemudian Dinasti Tang melanjutkannya lebih luas lagi dengan menjalin hubungan dagang antara negeri Tiongkok dengan kerajaan-kerajaan Nusantara. Hal ini terjadi pada tahun 618–906, ditandai dengan kunjungan para musafir dari Tiongkok, misalnya I Tsing di Sriwijaya. Selain itu, Laksamana Cheng Ho dan Ma Huan berkunjung ke Majapahit. Dari Kerajaan Majapahit itulah penyebaran tais pet atau kain tenun mulai dipelajari oleh penduduk pribumi di Nusantara.
Dengan demikian diperkirakan penyebaran kain tenun sutera sekaligus pengetahuannya ke kepulauan Tanimbar terjadi sekitar Abad ke -3 masehi.
Sepintas motif pada Tais Pet tampak sederhana namun di baliknya sarat akan makna hidup. Begitu sederhananya, keindahan tenun tanimbar sulit dimengerti. Untuk memahami keindahannya, kita harus paham dulu motif-motifnya.
Kain tenun Tanimbar ini umumnya memiliki motif dan warna yang beragam. Meski sebagian besar didominasi garis-garis dan diselingi dengan corak tertentu yang diadaptasi dari alam sekitarnya, seperti motif binatang dan tumbuhan atau motif flora dan fauna, juga motif manusia. Para leluhur mencoba melihat keindahan dari alam, sekecil apapun bentuknya. Mulai dari jentik nyamuk, ulat, hingga hati jagung.
Salah satu daerah penghasil tenun di Kepulauan Tanimbar adalah Yamdena. Di daerah ini terdapat empat jenis kain, yakni Tais Matan, Tais Anday, Tais Maran, dan Ule Rati. Tais Matan identik dengan motif utama di ujung kain saja, sementara sisanya didominasi garis, lalu Tais Anday dengan ujungnya yang dihiasi garis hitam-putih dan motif utama di tengah. Sementara Tais Maran menampilkan garis di bagian tengah dan motif utama di ujung, Ule Rati hadir dengan motif berbentuk ulat yang tersebar di seluruh kain. Motif-motif kain yang biasa ditemui di berbagai tempat di Tanimbar adalah sebagai berikut.
Motif lainnya adalah Luhun Walun (Wajah Lesung), Katkatan Walun (Wajah Penjepit), Lakbuka(Cicak/Kadal Hutan), Kilunka Isa (Daratan Menjorok Keluar), Inelak (Laut Dangkal), Lau Nifan (Gigi Kuda Laut) dan Lak Matan (Mata Musang). Namun selain motif, warna pun memiliki makna.
Nuansa warna pada tais pet menjadi simbol status sosial, sehingga memberikan petunjuk terhadap status seseorang dalam struktur masyarakat. Warna hitam dan coklat merupakan warna kebesaran atau kewibawaan dalam diri seorang pemimpin. Warna merah, kuning dan putih merupakan cermin keberanian, kejujuran, ketulusan, keiklasan dan kesucian hati masyarakat.
Di samping memiliki keterkaitan erat dengan adat istiadat, kepercayaan, kebudayaan serta kebiasaan yang berkembang di lingkungan masyarakat setempat, kain tenun ini juga biasa digunakan sebagai simbol yang memperkuat hubungan sosial dan penghargaan terhadap orang yang menerimanya.
Penggunaannya pun tidak hanya terbatas pada busana penutup tubuh saja, tetapi kain tenun Tanimbar ini juga dapat dipakai sebagai kain pelengkap dalam berbagai macam upacara adat, mulai dari kelahiran, kematian, pembuatan rumah, serta pernikahan.
Kini, tenun ikat Tanimbar juga digunakan dalam acara-acara pemerintahan seperti penjemputan tamu, tarian, hadiah untuk tamu berkunjung dan lain sebagainya.
Artikel Terkait:
Video tentang Tais Pet Kain Tenun Khas Tanimbar Maluku