Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bebas Kendaraan Bermotor 22 September 2023
travelingyuk

Benteng Fort Marlborough, Jejak Kolonialisme Inggris Di Bengkulu

DaerahKita 21/07/2019

Pada masa kolonialisme, Bengkulu awalnya berada di bawah kekuasaan Inggris. Ini diawali ketika Inggris (East India Company atau EIC) tersisih dari persaingan dagang di Jawa akibat adanya perjanjian monopoli dagang Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) dengan Banten tahun 1659. Akibat hambatan dagang itu, Inggris mulai mencari daerah jajahan di pantai Barat Sumatera yang merupakan sumber penghasil rempah-rempah (lada, cengkeh, dan lain-lain) hingga akhirnya tiba di Bengkulu.

Inggris tiba di Muara Sungai Bengkulu pada tanggal 24 Juni 1685. Setelah bernegosiasi dengan penguasa lokal di Bengkulu pada saat itu, Inggris (EIC) diijinkan bermukim di daerah Muara Sungai Bengkulu. Sejak itu Inggris mulai membangun benteng-benteng pertahanan, salah satunya Fort Marlborough.

Fort Marlborough adalah benteng bersejarah peninggalan Inggris yang berlokasi di kota Bengkulu. Benteng yang didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan Joseph Collett ini menjadi basis pertahanan Inggris yang tangguh di British Bencoolen, nama Inggris untuk daerah Bengkulu saat itu. Bahkan konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah Benteng St. George di Madras, India. Nama Fort Marlborough sendiri merujuk pada nama Duke of Marlborough I yang saat itu menjadi pahlawan dalam perang Inggris-Prancis.

flickr
Bangunan benteng Fort Marlborough bentuknya menyerupai kura-kura

Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi samudera Hindia. Benteng ini pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu, sehingga penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras, India. Mereka kemudian kembali tahun 1724 setelah diadakan perjanjian. Tahun 1793, serangan kembali dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas.

Dan kemudian pada tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati dengan pendirian monumen-monumen di kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.

Benteng ini diakui ahli sejarah merupakan benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara, tujuan dibuatnya benteng adalah sebagai basis pertahanan militer Inggris. Seiring dengan kuatnya cengkraman Inggris di Bengkulu, maka fungsi Benteng berubah menjadi kepentingan perdagangan.

Benteng dijadikan tempat koordinasi bagi kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East Indian Company, dan pusat pengawasan jalur pelayaran dagang yang melewati Selat Sunda. Jika dilihat dari udara, maka benteng ini akan terlihat berbentuk seperti kura-kura memiliki kepala dan empat buah kaki. Bagian kepala adalah pintu utama sedangkan kaki adalah sudut benteng yang digunakan sebagai menara pertahanan dan pengintai.

Di gerbang pintu masuk sebelah kanan dan kiri terdapat dua koridor yang sekarang telah berubah fungsi menjadi meja penyambutan pengunjung. Dahulu koridor tersebut sebagai tahanan para pejuang rakyat Indonesia, konon presiden RI pertama Soekarno, pernah mendekam di ruangan itu.

flickr
Kawasan terbuka di bagian tengah Benteng Fort Marlborough

Di sini terdapat lukisan kompas yang dibuat oleh tahanan menggunakan bahasa Belanda tertempel di beton bangunan yang kokoh. Di sebelah lukisan kompas itu terdapat tulisan, “Die dit kompas mnzii berisp den knoeijer niet bedenk dat-lee cen leidt en dat voor tijdverdrijf ik dit hier nederschrijf.” Artinya: “Barang siapa mengamati kompas ini janganlah memarahi yang membuat coretan ini, ingatlah bahwa kesengsaraan dan waktulah yang membuat saya mencoret-coret di sini dan waktu saya menulis ini.” Tulisan tersebut diterjemahkan Prof. DR Haryati Soebadio pada 14 Oktober 1983.

Memasuki pada badan benteng kita akan menemukan lapangan berbentuk segi empat seluas setengah lapangan sepak bola, ada dua terowongan di pojok depan dan sebelah kiri benteng. Ada yang berasumsi terowongan tersebut tembus hingga Pantai Panjang Bengkulu, sebagai jalan keluar militer Inggris bila terkepung, namun ada pula yang beranggapan terowongan itu buntu. Selanjutnya, ada beberapa ruangan di dalam benteng, ruangan besar yang berlapis batu bata tebal disinilah tempat tinggal para perwira tinggi Inggris dan keluarga. Terdapat pula beberapa gudang penyimpanan mesiu, seperti senapan, meriam, dan pelurunya.

Fort Marlborough ini memang dihuni oleh pegawai sipil dan tentara Inggris. Dalam catatan British Library, Oriental and India Office Collections tahun 1792 terdapat 90 orang pegawai sipil dan militer yang tinggal dan bekerja di benteng ini. Para petinggi atau perwira senior tinggal dalam lingkungan benteng bersama keluarga.

Benteng ini menyerupai hunian dalam kota kecil dengan tembok tebal di sekelilingnya seperti dalam kehidupan kerajaan jaman dulu.

jalanjalanyuk
Salah satu pintu masuk ke dalam bangunan di dalam Benteng Fort Marlborough

Pada 17 maret 1824, Belanda menyerahkan Malaka dan Semenanjung Malaya kepada Inggris, termasuk Singapura. Sedangkan, Inggris menyerahkan kekuasaannya di Bengkulu dan seluruh kepemilikannya di pulau Sumatera kepada Belanda.

Perjanjian tersebut dilakukan pada 17 Maret 1824 di London, dikenal dengan Treaty of London (Traktat London). Pada perjanjian itu Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Inggris diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Ini untuk mempermudah Inggris dan Belanda dalam mengontrol wilayah jajahan masing-masing. Saat itu sebagian besar jajahan Inggris berada di Semenanjung Malaya, sedangkan Belanda di Indonesia. Dengan demikian, berakhirlah kolonialisme Inggris di Bengkulu. Sejak saat itu Bengkulu berada di bawah kekuasaan Belanda, sehingga masa perang kemerdekaan (1946-1949).

Setelah Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya. Secara resmi Benteng ini dibuka untuk umum pada tanggal 24 April 1984. 

Saat ini, Benteng Marlborough sudah menjadi salah satu objek wisata yang patut dikunjungi jika anda berlibur ke kota Bengkulu. Benteng ini berdiri di atas tanah seluas 44.100 meter persegi. Menghadap ke arah selatan sedangkan di belakang benteng ini adalah Pantai Tapak Paderi. Ketinggian dinding bervariasi dari 8 sampai 8.50 meter, dengan ketebalan 1.85 sampai 3 meter. Arsitektur Inggris abad 17-an sangat terasa pada desain bangunan ini.

Ketika memasuki pintu, anda akan memasuki tempat berupa lorong dimana pada lorong ini anda bisa menemukan 4 buah pemakaman yang bertuliskan George Shaw (1704), Richard Watts Esq (1705), James Cuney (1737) dan terakhir Henry Stirling (1774), dua di antaranya berasal dari zaman benteng Fort York. Benteng York merupakan benteng yang pertama kali didirikan Inggris di Bengkulu, kemudian ditinggalkan setelah berdirinya Fort Marlborough.

Di ujung lorong, anda akan melewati jembatan yang panjangnya kurang lebih 10 meter. Menurut cerita, dulunya jembatan ini bisa ditarik ke atas dengan menggunakan rantai. Setelah di perhatikan, antara bangunan lorong dan bangunan utama, di pisahkan oleh parit yang mengelillingi bangunan utama. Di dalam bangunan utama ini, anda akan menemukan ruangan yang dulunya difungsikan sebagai penjara di sisi kanan dan di sisi kiri. Kedua penjara ini dipisahkan oleh pintu besi.

Hal yang jangan sampai dilupakan adalah, masuk lagi ke ruangan yang lebih dalam lalu anda akan menemukan jalan naik ke atas Benteng Marlborough. Ketika anda naik ke atas, anda akan melihat pemandangan yang menakjubkan, mulai dari hamparan Samudra Hindia yang berbatasan dengan garis pantai Tapak Paderi, bentuk benteng dari atas dengan beberapa meriam yang menghadap ke laut dan pemandangan pemukiman warga sekitar serta kampung cina yang tampak indah.

Tags benteng sejarah wisata liburan bangunan arsitektur
Referensi:
  1. travel.tempo.co
  2. republika.co.id
  3. id.wikipedia.org
  4. Berbagai sumber lainnya




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar